Penyearah setengah gelombang dengan beban R-L

 

Untuk jangka panjang, langkah-langkah yang sistematis untuk mempelajari tentang penyearah setengah gelombang dengan beban RL (R-L) adalah dengan mempelajari masing-masing komponen pembentuknya. Hal ini baik untuk diusahakan dengan sungguh-sungguh setelah melihat gambaran besar (overview) dari rangkaian/sistem.

Untuk komponen resistor, penyegaran kembali dapat dilakukan dengan membaca ulang sumber-sumber antara lain seperti: Wikipedia, Sparkfun, atau Rohm. Sedangkan untuk diode (terutama untuk keperluan penyearahan dari AC ke DC, sumber-sumber belajar telah dicantumkan di post ini juga di sini.

Bahan untuk mengingat kembali tentang komponen induktor juga sudah banyak terdapat di Internet. Beberapa contoh ada di kumpulan link berikut:

 

Karena proses belajar ini termasuk cukup panjang, mungkin perlu mengingat kembali “kecenderungan umum” mengenai tantangan dalam menjalaninya. 🙂 .

 

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/dd/71/e8/dd71e84b08007730f7cce32c4049af58.jpg

Google is your friend!

Ungkapan di atas bukanlah isapan jempol belaka atau suatu ajakan “normatif” atau bahkan suatu ungkapan promosi. Era Internet sudah sejak lama ditandai dengan adanya banjir informasi. Untuk cukup banyak hal, alih-alih sulit untuk mencari informasi maka yang terjadi adalah tantangan bagaimana memilah informasi yang tersedia. Dengan kata kunci yang tepat, setahap demi setahap lebih sering daripada tidak informasi yang memang bersifat umum bisa ditemukan. Untuk kegiatan belajar mengajar, hal seperti ini sudah merupakan bagian yang rutin dalam proses. Terutama untuk yang merasa bosan “dijajah” atau “dikuasai” oleh kaum atau bangsa asing 🙂 . Berbuat/bertindak dengan sistematis setelah menyusun rencana, untuk membangun peradaban adalah lebih baik daripada cuma rutin menggelar demo jalanan, IMHO.

Sekadar sebagai contoh kasus, informasi seperti ini sudah sangat banyak tersedia di berbagai tempat di jaringan internet (Internet) untuk dapat dibandingkan satu sama lain.

Gambar 1. [Sumber: Slideshare]

Gambar 2. [Sumber: Slideshare]

Gambar 3. [Sumber: Slideshare]

Gambar 4. [Sumber: Slideshare]

Gambar 5. [Sumber: Slideshare]

Gambar 6. [Sumber: Slideshare]

Gambar 7. [Sumber: Slideshare]

Gambar 8. [Sumber: Slideshare]

Gambar 9. [Sumber: Slideshare]

Gambar 10. [Sumber: Slideshare]

Gambar 11. [Sumber: Slideshare]

Gambar 12. [Sumber: Slideshare]

Gambar 13. [Sumber: Slideshare]

Gambar 14. [Sumber: Slideshare]

Gambar 15. [Sumber: Slideshare]

Gambar 16. [Sumber: Slideshare]

Gambar 17. [Sumber: Slideshare]

Gambar 18. [Sumber: Slideshare]

Gambar 19. [Sumber: Slideshare]

Gambar 20. [Sumber: Slideshare]

Gambar 21. [Sumber: Slideshare]

Gambar 22. [Sumber: Slideshare]

Gambar 23. [Sumber: Slideshare]

Gambar 24. [Sumber: Slideshare]

Gambar 25. [Sumber: Slideshare]

Gambar 26. [Sumber: Slideshare]

Gambar 27. [Sumber: Slideshare]

Gambar 28. [Sumber: Slideshare]

Beberapa sumber yang baik untuk mengingat kembali mengenai phase angle, complex number & phasor:

Gambar 29.

Gambar 30.

screenshot_20161017-11402801.jpg.jpgGambar 31.

screenshot_20161017-11414501.jpg.jpgGambar 32.

screenshot_20161017-11425901.jpg.jpgGambar 33.

screenshot_20161017-11434401.jpg.jpgGambar 34.

screenshot_20161017-11435101.jpg.jpgGambar 35.

Gambar 36.

Perhitungan pada Gambar 36 adalah perhitungan sederhana yang teori penunjang/landasan teoritisnya dapat dengan mudah dicari untuk diperbandingkan dengan bantuan mesin pencari di Internet.

Bagaimana dengan simulasi dengan beban L (induktor) murni?

Gambar 37. rapidtables.com.

screenshot_20161018-020511.jpgGambar 38.

screenshot_20161018-013051.jpgGambar 39.

Gambar 40.

Mengapa perhitungan pada Gambar 37, Gambar 38 dan Gambar 39 tidak sama dengan hasil simulasi pada Gambar 40?

screenshot_20161018-02230601.jpg.jpg Gambar 41.

Dapatkah Gambar 13 memberikan penjelasan mengenai fenomena tersebut di atas?

[intense_panel shadow=”11″ border=”1px solid #696161″]

Salah satu “keuntungan” tertinggal adalah kenyataan bahwa ada kemungkinan bisa belajar dari yang sudah lebih dahulu maju. Pendapat yang saya sering ungkapkan adalah bahwa sepanjang menganai sains dan teknologi (termasuk engineering dan engineering technology), penduduk Indonesia masih memiliki kesempatan untuk belajar dari penduduk di negara-negara yang lebih maju. Ada cukup banyak hal yang baru terpikirkan, baru dialami dan baru ditanyakan ternyata sudah pernah terjadi di tempat lain yang lebih maju, sudah dibahas dan sering sudah ditemukan solusinya. Persoalannya adalah apakah kita cukup punya “kerendahan hati”, minat dan kesempatan untuk mempelajarinya.

Berikut ini adalah salah satu yang bisa dijadikan contoh. Agar di lain kesempatan mahasiswa bisa memiliki kemampuan untuk secara mandiri mencari informasi sejenis.

[/intense_panel]

Gambar 42. [Sumber: Miscalculation of current for a pure inductive circuit in LTspice]

Gambar 43. [Sumber: Miscalculation of current for a pure inductive circuit in LTspice]

Gambar 44.

Gambar 45.

Gambar 46.

Gambar 47.

Gambar 48.

Gambar 49.

screenshot_20161018-03123301.jpg.jpgGambar 50.

screenshot_20161018-041425.jpgGambar 51.

screenshot_20161018-04154401.jpg.jpgGambar 52.

screenshot_20161018-04204801.jpg.jpgGambar 53.

Gambar 54.

Gambar 55.

Gambar 56.

screenshot_20161018-04405001.jpg.jpgGambar 57.

Gambar 58.

screenshot_20161018-04475901.jpg.jpgGambar 59.

Gambar 60.

Gambar 60.

Gambar 61.

Gambar 62.

Gambar 63.

Gambar 64.

Gambar 65.

Gambar 66.

\(Vo_{avg}=\frac{Vm}{2\pi }\times(1-\cos \theta )\)

Gambar 67.

screenshot_20161018-06551601.jpg.jpgGambar 68.

 

Contoh pengerjaan penyearah setengah gelombang [sakelar ideal]

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang merupakan pengantar. Disarankan untuk terlebih dahulu membaca tulisan sebelumnya mengenai penyearah setengah gelombang, kemudian membaca mengenai nilai offset pada gelombang sinus.

 

Gambar  1. catatan: .options plotwinsize=0

Gambar  2. catatan: .options plotwinsize=0

Gambar  3.

Gambar  4.

Gambar  5.

Gambar  6.

Gambar  7.

[1] … \(\large a^2 = b^2 + c^2\)

[2] … \(\large a = \sqrt{b^2 + c^2}\)

[3] … \(\large \sqrt{a^2-b^2} = c\)

[4] … \(\large U_{rms\: ac+dc}=\sqrt{U_{average\: dc}^2+U_{rms\: ac}^2}\)

[5] … \(\large \sqrt {U_{rms\: ac+dc}^2-U_{rms\: ac}^2}=U_{average\: dc}\)

[6] … \(\large \sqrt {U_{rms\: ac+dc}^2-U_{average\: dc}^2} = U_{rms\: ac}\)

Pada sistem yang disimulasikan, amplitudo tegangan masukan adalah sebesar 16.999 V (≈ 17V), maka tegangan RMS masukan (AC+DC) “terukur” sebesar 12.021 V dan nilai average DC sebesar -452.62 pV yang sesuai dengan perhitungan teoritis secara praktis dapat dianggap setara dengan 0 V.

Berbeda dengan pengukuran dengan menggunakan DMM Fluke 179 , dalam contoh ini “pengukuran” nilai tegangan dengan menggunakan tools pada LTspice akan menghasilkan dua besaran di sisi keluaran, yaitu Urms ac+dc dan Uaverage dc.

Tegangan keluaran Urms ac+dc adalah sebesar 8.5 V dan Uaverage dc sebesar 5.4113 V. Maka dengan menggunakan persamaan [6] perhitungan yang dihasilkan adalah:

( (Urms ac+dc )2 – (Uaverage dc)2 )0.5 =  6.555 V.

Nilai Urms ac =  6.555 V hasil dari perhitungan  tersebut dapat dibandingkan dengan hasil simulasi pada Gambar 8. Di Gambar 8, pada plot pane paling atas dengan gambar sinyal berwarna biru menunjukkan sinyal AC+DC yang dikurangkan dengan nilai DC. Dari hasil “pengukuran” pada simulasi, nilai rms yang masih mengandung unsur DC dikurangi dengan nilai DC. Dapat dilihat bahwa hasil “pengukuran” dengan tool dari LTspice adalah 6.555 V sama dengan hasil perhitungan. Bisakah dibayangkan bahwa sinyal yang tampaknya “DC murni” tanpa pernah menyeberang ke wilayah kuadran tengangan negatif itu ternyata memiliki nilai RMS AC? Silakan ditelusuri lebih lanjut, silakan Googling antara lain dengan kata-kata kunci pulsating DC. Lalu coba pikirkan mengapa berbeda dengan hasil pengukuran dengan DMM Fluke 179? Dapatkah menghubungkan fenomena yang diungkap di artikel ini dengan mode pengukuran AC pada multimeter yang memiliki fitur TrueRMS (atau yang serupa/sebanding)?

Gambar  8.

Tabel 1. Hasil pengukuran

Vrms_AC_in

[V]
UdAV=VDC

[V]
UdRMS=VAC+DC

[V]
UdAC=VAC

[V]
IdAV=IDC

[V]
IdRMS=IAC+DC

[V]
IdAC=IAC

[V]
12.021 5.4113 8.5 ? 54.113 85 ?

Tabel 2. Hasil pengukuran dan perhitungan

Vrms_AC_in

[V]
UdAV=VDC

[V]
UdRMS=VAC+DC

[V]
UdAC=VAC

[V]
IdAV=IDC

[V]
IdRMS=IAC+DC

[V]
IdAC=IAC

[V]
12.021 5.4113 8.5 6.555 54.113 85 65.55

 

 

//scilab

//function hw2(ACrms_in, UdAV, UdAC)
function hw2(ACrms_in, UdAV, UcRMS_acdc)

    printf("Nilai RMS AC masukan (sumber): %3.3f \n", ACrms_in)
    printf("Nilai rata-rata DC keluaran half-wave: %3.3f \n", UdAV)

//    printf("Nilai RMS AC keluaran half-wave: %3.3f \n", UdAC)
    printf("Nilai RMS AC+DC keluaran half-wave: %3.3f \n", UcRMS_acdc)


//    UcRMS_acdc=sqrt((UdAV^2)+(UdAC^2))
//    printf("Nilai tegangan RMS ac+dc keluaran half-wave rectifier: %3.3f \n", UcRMS_acdc)

    UdAC=sqrt((UcRMS_acdc^2)-(UdAV^2))
    printf("Nilai tegangan RMS ac keluaran half-wave rectifier: %3.3f \n", UdAC)

    ratio1=UdAV/ACrms_in;
    printf("Nilai perbandingan tegangan rata-rata (dc) keluaran terhadap nilai RMS AC masukan: %3.3f \n", ratio1)

    ratio2=UcRMS_acdc/ACrms_in;
    printf("Nilai perbandingan tegangan rms ac+dc keluaran terhadap nilai RMS masukan: %3.3f \n", ratio2)

    vin_peak = UdAV*%pi;
    printf("Nilai tegangan puncak (Vpeak) masukan berdasarkan tegangan rata-rata keluaran (%3.3f) : %3.3f \n", UdAV, vin_peak)

    rect_ratio = ((vin_peak/%pi)^2/(0.5*vin_peak)^2)*100;
    printf("Nilai rectification ratio: %3.3f %% \n", rect_ratio)

    form_factor = (UcRMS_acdc)/(UdAV);
    printf("Nilai form factor (FF): %3.3f \n", form_factor)    

    ripple_factor1 = sqrt((form_factor^2)-1);
    printf("Nilai ripple factor (RF) cara 1: %3.3f \n", ripple_factor1)    

    ripple_factor2 = UdAC / UdAV;
    printf("Nilai ripple factor (RF) cara 2: %3.3f \n", ripple_factor2)    
endfunction

//hw2(49,21.2,26.2)
//hw2(12.021,5.4113,6.555)
hw2(12.021,5.4113,8.5)

Gambar  9a. Menjalankan program di Scilab offline.

Gambar  9b. Menjalankan program di Scilab online.

acrms_in = 12.021,
udav = 5.4113,
ucrms_acdc = 8.5,

udac=sqrt((ucrms_acdc^2)-(udav^2)),
ratio1=udav/acrms_in,
ratio2=ucrms_acdc/acrms_in,
vin_peak = udav*%pi,
rect_ratio = ((vin_peak/%pi)^2/(0.5*vin_peak)^2)*100,
form_factor = (ucrms_acdc)/(udav),
ripple_factor1 = sqrt((form_factor^2)-1),
ripple_factor2 = udac / udav,

Gambar  10.

Gambar  11.

Sampai tulisan ini saya buat penggunaan aplikasi Scilab secara online melalui rollApp tidak semudah dan secepat penggunaan aplikasi GNU/Octave secara online. Karena itu sampai update di waktu mendatang, penggunaan Scilab secara offline lebih dianjurkan.

 

%octave

%function hw2(ACrms_in, UdAV, UdAC)
function hw2(ACrms_in, UdAV, UcRMS_acdc)

    printf("Nilai RMS AC masukan (sumber): %3.3f \n", ACrms_in)
    printf("Nilai rata-rata DC keluaran half-wave: %3.3f \n", UdAV)

%    printf("Nilai RMS AC keluaran half-wave: %3.3f \n", UdAC)
    printf("Nilai RMS AC+DC keluaran half-wave: %3.3f \n", UcRMS_acdc)


%    UcRMS_acdc=sqrt((UdAV^2)+(UdAC^2))
%    printf("Nilai tegangan RMS ac+dc keluaran half-wave rectifier: %3.3f \n", UcRMS_acdc)

    UdAC=sqrt((UcRMS_acdc^2)-(UdAV^2))
    printf("Nilai tegangan RMS ac keluaran half-wave rectifier: %3.3f \n", UdAC)

    ratio1=UdAV/ACrms_in;
    printf("Nilai perbandingan tegangan rata-rata (dc) keluaran terhadap nilai RMS AC masukan: %3.3f \n", ratio1)

    ratio2=UcRMS_acdc/ACrms_in;
    printf("Nilai perbandingan tegangan rms ac+dc keluaran terhadap nilai RMS masukan: %3.3f \n", ratio2)

    vin_peak = UdAV*pi;
    printf("Nilai tegangan puncak (Vpeak) masukan berdasarkan tegangan rata-rata keluaran (%3.3f) : %3.3f \n", UdAV, vin_peak)

    rect_ratio = ((vin_peak/pi)^2/(0.5*vin_peak)^2)*100;
    printf("Nilai rectification ratio: %3.3f %% \n", rect_ratio)

    form_factor = (UcRMS_acdc)/(UdAV);
    printf("Nilai form factor (FF): %3.3f \n", form_factor)    

    ripple_factor1 = sqrt((form_factor^2)-1);
    printf("Nilai ripple factor (RF) cara 1: %3.3f \n", ripple_factor1)    

    ripple_factor2 = UdAC / UdAV;
    printf("Nilai ripple factor (RF) cara 2: %3.3f \n", ripple_factor2)    
endfunction

%hw2(49,21.2,26.2)
%hw2(12.021,5.4113,6.555)
hw2(12.021,5.4113,8.5)

Gambar  12.

 

Keseluruhan data yang didapatkan dari “pengukuran” menggunakan fasilitas dari LTspice dan juga data hasil perhitungan dapat dikumpulkan menjadi satu dalam tabel. Dengan demikian fakta berupa data dapat diolah menjadi informasi. Istilah-istilah yang belum dipahami dapat dicari keterangannya di Internet dan dibandingkan antara satu sumber informasi dengan yang lainnya.

Tabel 3.

 

Tabel 4.

Untuk ilmu pengatahuan yang telah sejak lama ditata secara sistematis, umumnya  telah teradapat sumber-sumber belajar yang memadai. Terutama di era modern, era Internet seperti ini. Persoalannya adalah niat yang kuat dan kesempatan (waktu) untuk bertekun mencari dan mempelajarinya. Dari teori penunjang , simulasi dan perhitungan dapat dilihat “benang merah”, kesamaan pola data dan hasil perhitungan.

Pada kesempatan ini pengukuran pada komponen dan rangkaian (sistem) perangkat keras (hardware) disimulasikan dengan software LTspice. Lalu perhitungan matematis sudah dicontohkan dengan menggunakan Scilab dan GNU/Octave. Sebelumnya juga telah dicontohkan bagaimana Algeo dapat dimanfaatkan untuk melakukan perhitungan. Begitu pula bagaimana Maxima dan Wolfram Alpha dapat dimanfaatkan untuk belajar memahami persamaan yang memandu pemahaman terhadap kerja komponen dan sistem.

Aplikasi spreadsheet office seperti Excel, Libreoffice dan Google Sheets yang bagi beberapa orang bisa jadi terkesan low tech bila dibandingkan dengan Scilab atau Matlab dapat dimanfaatkan untuk benar-benar membantu proses belajar. Kali ini saya tampilan contoh sederhana yang dapat diterapkan untuk percobaan (eksperimen) lainnya.

Gambar  13.

Gambar  14.

Gambar  15.

Gambar  16. 

 

Pada bagian sebelumnya (sampai Gambar 16) kondisi yang dihadapi adalah dari “pengukuran” (dilakukan dengan simulasi LTspice) didapatkan nilai Urms ac+dc dan Uaverage dc. Sedangkan nilai Urms ac dari keluaran penyearah didapatkan dari perhitungan berdasarkan nilai variabel yang diketahui.
Dengan sedikit perubahan kode pada Scilab dan Octave kita dapat mempelajari kondisi pengukuran hardware yang menghasilkan data pengukuran berupa tegangan rata-rata (average) untuk mode pengukuran DC dan tegangan efektif (RMS) untuk pengukuran AC. Simulasi pada bagian awal post ini dapat dipakai sebagai pembanding untuk hasil pengukuran dengan multimeter.

p_20161013_00095801.jpg.jpgGambar 17.


//scilab

function hw2(ACrms_in, UdAV, UdAC)

    printf("Nilai RMS AC masukan (sumber): %3.3f \n", ACrms_in)
    printf("Nilai RMS AC keluaran half-wave: %3.3f \n", UdAC)
    printf("Nilai rata-rata DC keluaran half-wave: %3.3f \n", UdAV)


    UcRMS_acdc=sqrt((UdAV^2)+(UdAC^2))
    printf("Nilai tegangan RMS ac+dc keluaran half-wave rectifier: %3.3f \n", UcRMS_acdc)

    ratio1=UdAV/ACrms_in;
    printf("Nilai perbandingan tegangan rata-rata (dc) keluaran terhadap nilai RMS AC masukan: %3.3f \n", ratio1)

    ratio2=UcRMS_acdc/ACrms_in;
    printf("Nilai perbandingan tegangan rms ac+dc keluaran terhadap nilai RMS masukan: %3.3f \n", ratio2)

    vin_peak = UdAV*%pi;
    printf("Nilai tegangan puncak (Vpeak) masukan berdasarkan tegangan rata-rata keluaran (%3.3f) : %3.3f \n", UdAV, vin_peak)

    rect_ratio = ((vin_peak/%pi)^2/(0.5*vin_peak)^2)*100;
    printf("Nilai rectification ratio: %3.3f %% \n", rect_ratio)

    form_factor = (UcRMS_acdc)/(UdAV);
    printf("Nilai form factor (FF): %3.3f \n", form_factor)    

    ripple_factor1 = sqrt((form_factor^2)-1);
    printf("Nilai ripple factor (RF) cara 1: %3.3f \n", ripple_factor1)    

    ripple_factor2 = UdAC / UdAV;
    printf("Nilai ripple factor (RF) cara 2: %3.3f \n", ripple_factor2)    
endfunction

//hw2(49,21.2,26.2)
hw2(12.021,5.4113,6.555)

Gambar 18. Perhitungan dengan Scilab


%Octave

function hw3(ACrms_in, UdAV, UdAC)

    printf("Nilai RMS AC masukan (sumber): %3.3f \n", ACrms_in)
    printf("Nilai RMS AC keluaran half-wave: %3.3f \n", UdAC)
    printf("Nilai rata-rata DC keluaran half-wave: %3.3f \n", UdAV)


    UcRMS_acdc=sqrt((UdAV^2)+(UdAC^2));
    printf("Nilai tegangan RMS ac+dc keluaran half-wave rectifier: %3.3f \n", UcRMS_acdc)

    ratio1=UdAV/ACrms_in;
    printf("Nilai perbandingan tegangan rata-rata (dc) keluaran terhadap nilai RMS AC masukan: %3.3f \n", ratio1)

    ratio2=UcRMS_acdc/ACrms_in;
    printf("Nilai perbandingan tegangan rms ac+dc keluaran terhadap nilai RMS masukan: %3.3f \n", ratio2)

    vin_peak = UdAV*pi;
    printf("Nilai tegangan puncak (Vpeak) masukan berdasarkan tegangan rata-rata keluaran (%3.3f) : %3.3f \n", UdAV, vin_peak)

    rect_ratio = ((vin_peak/pi)^2/(0.5*vin_peak)^2)*100;
    printf("Nilai rectification ratio: %3.3f %% \n", rect_ratio)

    form_factor = (UcRMS_acdc)/(UdAV);
    printf("Nilai form factor (FF): %3.3f \n", form_factor)

    ripple_factor1 = sqrt((form_factor^2)-1);
    printf("Nilai ripple factor (RF) cara 1: %3.3f \n", ripple_factor1)

    ripple_factor2 = UdAC / UdAV;
    printf("Nilai ripple factor (RF) cara 2: %3.3f \n", ripple_factor2)
endfunction

%hw2(49,21.2,26.2)
%hw2(12.021,5.4113,6.555)
hw3(12.021,5.4113,6.555)

Gambar 19.

 

 

Berkebalikan dari simulasi sebelumnya dalam  post ini, simulasi kali ini tidak mempergunakan nilai Vrms keluaran (AC+DC) langsung dari “pengukuran” di LTspice.

Gambar 20.

Gambar 21. Kumpulan screenshot tabel dari Google Sheets.

Gambar 22.

 

 

font cache: Ψ α β π θ μ Φ φ ω Ω ° ~ ± ≈ ≠ ≡ ≤ ≥ ∞ ∫ • ∆

 

 

Perhitungan nilai gelombang AC dengan nilai offset

Nilai rata-rata (average) dan efektif (RMS) untuk gelombang sinus (sinusoid) telah dibahas pada post yang lalu. Pada post itu diasumsikan nilai offset sebesar nol (zero), yang artinya tidak memiliki offset. Pada post ini dipaparkan contoh simulasi dan perhitungan untuk gelombang sinus yang memiliki nilai offset.

Gambar 1.

Gambar 2.

Pada Gambar 1 dan Gambar 2 dapat dilihat pengaturan sumber tegangan dengan frekuensi 50 Hz, nilai tegangan puncak AC (AC peak) sebesar 9 Volt dan nilai tegangan offset DC sebesar 12 Volt. Dari Gambar 1 bisa dilihat bahwa nilai tegangan selalu positif dan tidak pernah mengecil (turun) mendekati nilai nol (0 Volt).

Gambar 3.

screenshot_20161003-135424.jpgGambar 4. Perhitungan nilai tegangan RMS (AC+DC) dengan Algeo.

 

Di Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai yang dipakai dapat berupa nilai tegangan “RMS dari gelombang sinus AC tanpa DC offset” yang dikuadratkan atau dapat menggunakan separuh dari nilai tegangan puncak yang telah dikuadratkan. Hasil dari perhitungan yang dilakukan akan sama.

 

Gambar 5. Simulasi gelombang sinus dengan offset, puncak nilai positif dan negatif.

Pada Gambar 5, karena nilai amplitudo lebih besar dari nilai tegangan DC offset maka gelombang sinus melewati nilai nol dan memasuki wilayah negatif. Bisa dicoba untuk dibuktikan sendiri bahwa cara perhitungan masih tetap sama.

Sumber di Internet mengenai hal ini dan bisa dicari dengan variasi kata-kata kunci sine wave with DC offset.


update:

Untuk mencegah kemungkinan adanya kebingungan, secara teknis artikel ini lebih tepat ditulis sebagai “gelombang sinus dengan DC offset“. Sebab terdapat contoh di mana gelombang sinus hanya berada dalam satu kuadran, kebetulan yang dipilih yaitu kuadran positif. Sehingga, karena hanya berada di satu kuadran saja (satu polaritas) maka secara resmi gelombang itu adalah gelombang searah/DC.

Tetapi cara perhitungan ini juga berlaku untuk gelombang sinus AC dengan offset, seperti di Gambar 5. Selain itu, dalam pengukuran kadang-kadang akan ditemui penyebutan seperti di gambar berikut ini.

Gambar 6.

 


 

 

Hall of…#0001

Bekerja sendiri, secara mandiri itu seringkali cepat. Lebih cepat daripada bekerja dengan orang lain. Tetapi ada kalanya beban akan lebih ringan dan bahkan lebih cepat selesai kalau beban dibagi secara proporsional.

Contohnya adalah laporan praktikum …

 2016-10-03_00-30-58Gambar 1.

2016-10-02_22-38-23Gambar 2.

2016-10-02_23-40-04Gambar 3.

2016-10-03_00-30-20Gambar 4.

2016-10-02_22-39-07Gambar 5.

2016-10-03_00-32-37Gambar 6.

Konfigurasi simulasi PartSim seperti yang terlihat pada Gambar 6. Berapakah frekuensi yang dipergunakan dalam kegiatan praktikum di laboratorium elektronika daya 1?

Gambar 7.

Baca kembali >> https://sunupradana.info/pe/2016/09/29/pengaturan-email-untuk-kuliah-elda/

2016-10-03_00-46-40Gambar 8.

Bandingkan penamaan file pada Gambar 8 dengan yang terlihat pada Gambar 9.

2016-10-03_00-47-11Gambar 9.

Pengaturan email untuk kuliah elda

 

comic

Pembaruan terakhir: 29 September 2016

Versi: 0001.a

[su_panel border=”2px solid #FFFF00″ shadow=”1px 2px 2px #E4E400″ radius=”10″]

Sungguhpun saya sendiri adalah tipe yang senang menulis pesan pendek dan to-the-point tetapi perkembangan dari fenomena email yang masuk ke akun saya tampaknya memerlukan perhatian lebih. Untuk mempercepat proses, melakukannya dengan efektif dan efisien dan juga sebagai salah satu bagian dari pembelajaran komunikasi (semi) formal maka pengaturan pengiriman email (surel) perlu dilakukan.

Email (surel: surat elektronik) adalah salah satu media penyampaian informasi. Mirip dengan SMS (Short Message Service). Di banyak sistem/organisasi/negara maju bisa jadi nilai urgensi email sama dengan SMS. Namun secara umum untuk kegiatan di perkuliahan Elektronika daya, urutan urgensi sebagai berikut:

  • Telepon
  • SMS
  • Email

Khusus untuk saya (kecuali ada pemberitahuan baru), berbeda dengan SMS, email dapat dikirim kapan saja (24/7). Saya akan membuka, membacanya pada saat ada kesempatan. Misalnya saja seandainya saya sedang tidur saat email mahasiswa masuk, maka saya tentu akan membacanya saat sudah bangun dan menyelesaikan kegiatan dengan prioritas lebih tinggi lainnya. Tetapi sebagai catatan penting, jangan lakukan yang sama kepada pengajar lain tanpa persetujuan atau konfirmasi terlebih dahulu.

[/su_panel] [su_panel border=”2px solid #FF8C3A” shadow=”1px 2px 2px #BF692B” radius=”10″]

Urutan pembacaan (kategori data):

  • Kuliah …
  • Kelas
  • Penanda waktu
  • Kelompok
  • Tugas
  • NIM
  • Nama
    • Nama pengirim
    • Nama anggota kelompok (NIM)
[/su_panel] [su_panel border=”2px solid #E40000″ shadow=”1px 2px 2px #990000″ radius=”10″]
  • Sebagai latihan untuk berkomunikasi semi formal atau formal perhatikan hal-hal yang bisa dianggap sebagai dasar yang akan banyak menentukan format dan isi email:
[Klik di sini] Urgensi
  • Untuk saya, jika urgensinya sangat tinggi atau bahkan darurat, sebaiknya langsung menggunakan telepon. Satu tingkat di bawahnya adalah SMS. Dengan pemahaman bahwa SMS tidak selalu direspon langsung pada saat diterima. Kelebihan SMS daripada email adalah bahwa jumlah pesan yang diterima biasanya lebih sedikit.
  • Jika diperlukan di awal email bisa diberikan tingkat urgensi dan permintaan kecepatan respon yang dibutuhkan. Untuk pesan kepada pengajar sampaikan dengan pilihan kata yang sopan. Anda mungkin akan perlu sedikit lebih banyak kata daripada pengiriman pesan kepada rekan kerja atau teman kuliah anda.
[Klik di sini] Perihal

SUBJECT email seharusnya diisi. Ini memudahkan pembaca email untuk pertama kali mengetahui isi dari email. Buat email baru untuk urusan/perihal yang baru atau hal yang berbeda. Jangan menggunakan email pada thread/subject yang sama berulang kali meskipun apa yang anda akan kirimkan sebenarnya adalah hal yang berbeda. Misalnya email yang lalu anda mengirim tentang laporan tugas praktikum elda minggu ketiga, lalu anda mengirim tentang kuliah teori elda menggu kelima di thread yang sama.

Untuk patokan dasar, perhatikan bagian “Urutan pembacaan”.  Berikut beberapa variasi yang bisa dilakukan untuk isian pada bagian subject.

  • Teori
    • Teori elda 1, 5A, kelompok 2, tugas 1 minggu ketiga.
    • Teori elda 1, 5A2, minggu ketiga, tugas 1.
    • Teori elda 1, 5A2, minggu ketiga, tugas kelas.
    • Teori elda 1, 5A2, minggu ketiga, tugas terstruktur.
    • Teori elda 1, 5A, kelompok 2, minggu ketiga, tugas terstruktur.
    • Teori elda 1, 5A, kelompok 2, tugas terstruktur, minggu ketiga.
    • Teori elda 1, 5A2, minggu ketiga, tugas.
    • Teori elda 1, 5B, minggu kedua, tugas 1, 14612027.
    • Teori elda 1, 5B, minggu kedua, tugas, 14612027.
  • Praktikum
    • Praktikum elda 1, 20160928_S1A5_Exp5, pendahuluan+simulasi.
    • Praktikum elda 1, 20160928_S1A5_Exp5, laporan akhir.
  • Bukan berisi laporan.
    • Teori elda 1, 5B, 14612027, tentang tugas minggu ketiga.
    • 5B, 14612027, pertanyaan tentang KKNI.
    • Praktikum elda 1, 5B, 14612027, tentang praktik minggu keempat.
    • Praktikum elda 1, 5B3, tentang praktik minggu keempat.
[Klik di sini] Isi
  • Email yang berisi permohonan untuk dipertimbangkan tentu isinya lebih panjang dari email yang berisi penyampaian informasi singkat.
  • Pembuka:
    • Selamat pagi.
    • Selamat malam.
    • Assalamualaikum.
    • Dengan hormat. <~Jangan menggunakan yang ini untuk email elda.
    • Kepada Yth <~Jangan menggunakan yang ini untuk email elda.
    • Kepada bapak Fulan.
  • Laporan pendahuluan praktikum:
    • Di dalam email cantumkan link ke simulasi PartSim atau simulasi online lainnya jika memang dari awal ditugaskan demikian.
    • Jika diminta menggunakan simulator offline seperti LTspice: simpan file (buat folder terpisah jika terdapat beberapa file) di Google Drive dan cantumkan alamatnya di email. Jangan lupa memberi hak akses yang sesuai saat melakukan share.
    • Jika diminta dalam format PDF, periksa permintaan:
      • Apakah attached pada email?
      • Apakah disimpan dalam Google Drive (atau situs penyimpanan online lainnya) dengan alamat dicantumkan di email?
    • Jika diminta dalam bentuk Google Docs: cantumkan di dalam email, alamat ke dokumen-nya.
  • Laporan akhir praktikum:
    • Laporan dalam format file PDF.
      • Laporan attached bukan berupa link .
    • Di dalam email cantumkan link ke folder Google Drive yang berisi file-file praktikum (terutama gambar dari oscilloscope).
      Update: mengenai penyertaan file ini silakan ditanyakan kepada pengajar untuk pengaturan di setiap semester.

      • Contoh format nama folder: 20160928_S1A5_Exp5
    • Di dalam email cantumkan kembali link ke simulasi PartSim atau simulasi online lainnya jika memang dari awal ditugaskan demikian.
  • Penutup:
    • Demikian isi laporan ini kami sampaikan.
    • Demikian isi laporan ini saya sampaikan.
    • Atas perhatian yang diberikan kami/saya sampaikan terima kasih. <~Jangan menggunakan yang ini untuk email elda.
    • Jangan menggunakan yang serupa ini dalam email kepada pengajar:
      • Silakan dicek…
      • Silakan diperiksa…
      • Tolong dikoreksi…
  • Nama di akhir email:
    • Email awal.
      • Perlu untuk email yang pertama. Tidak seberapa perlu untuk email balasan (berbalas) yang masih dalam thread/ubject yang sama.
    • Lengkap.
      • Pelajar
      • Pelaksana
      • Staff

[/su_panel] [su_panel border=”2px solid #99FF33″ shadow=”1px 2px 2px #90F030″ radius=”10″]
  • Contoh variasi isi:
    • Dalam pemakaian sebenarnya bentuk daftar (bulleted list) tidak disertakan. Di sini dipergunakan hanya untuk mempersingkat dan mempertegas hal yang menjadi pokok.
    • 01.
      • Kepada bapak Fulan.
      • Saya Budi Budiman (NIM ***), mahasiswa S1A. …
      • Terima kasih.
      • [spasi]
      • Budi Budiman
    • 02.
      • Kepada bapak Fulan.
      • Saya Budi Budiman (NIM ***), mahasiswa 5A. …
      • Terima kasih.
      • [spasi]
      • Budi Budiman
    • 03.
      • Saya Budi Budiman, mahasiswa kelas 5B, kelompok dua. Melalui email ini saya menyampaikan laporan pendahuluan untuk praktikum elda 1, minggu keempat (attached) dan tugas pendahuluan berupa simulasi dengan PartSim.
      • Adapun link (tautan) ke simulasi PartSim adalah sebagai berikut: [paste link-nya di sini]
      • Demikian laporan pendahuluan untuk kelompok 5B2 saya sampaikan.
      • Terima kasih.
      • [spasi]
      • Budi Budiman
    • 04.
      • Saya Budi Budiman, mahasiswa kelas 5B, kelompok satu. Melalui email ini saya menyampaikan laporan untuk tugas terstruktur elda 1, minggu kelima dan tugas berupa simulasi dengan PartSim.
      • Tautan (link) ke file laporan pendahuluan adalah: [paste link Google Drive/Google Docs]
      • Adapun link (tautan) ke simulasi PartSim adalah: [paste link-nya di sini]
      • Demikian laporan tugas untuk kelompok 5B1 saya sampaikan.
      • Terima kasih.
      • [spasi]/atau tanpa spasi
      • Budi Budiman
    • 05.
      • Saya Budi Budiman, mahasiswa kelas 5B, kelompok dua. Melalui email ini saya menyampaikan laporan untuk tugas kuliah teori elda 1 minggu keempat (attached) dan tugas pendahuluan berupa simulasi dengan LTspice.
      • Berikut link (tautan) ke folder berisi file simulasi LTspice: [paste link-nya di sini]
      • Demikian laporan pendahuluan untuk kelompok 5B2 saya sampaikan.
      • Terima kasih.
      • [spasi]
      • Budi Budiman
[/su_panel]
Sumber bacaan