Raspberry Pi, pembaruan dan pelindung

Gambar 1. Halaman web pengenalan PIXEL

Setelah beberapa waktu tertunda-tunda, bulan ini akhirnya saya bisa kembali tinkering sistem RPI 3. Kali ini saya mengikuti proses updating yang dibahas di halaman Introducing PIXEL. Prosesnya sederhana dan (untuk sistem saya) berlangsung singkat.

Salah satu masalah dengan Raspberry Pi adalah (tentu saja) keterbatasan kemampuan komputasinya. Ini sebenarnya umum untuk sebuah SBC. Sebenarnya saya berminat untuk menjadikan RPI sebagai pengganti laptop untuk membantu proses belajar di ruang kelas. Salah satu percobaannya terlihat di Gambar 2. Sayangnya ada beberapa kendala yang mengurangi penilaian terhadap kelayakan RPI untuk menggantikan laptop di ruang kelas.

Misalnya, saya masih belum bisa memainkan VLC di RPI selancar di laptop berbasis Intel/AMD. Yang kadang-kadang sempat terlupa adalah bahwa sistem di Raspberry Pi itu bukan hanya tentang OS GNU/Linux (Raspbian), tetapi juga tentang mikroprosesornya yang berbasis ARM Cortex (bukan Intel compatible). Sehingga tidak semua program yang bahkan bisa bekerja di lingkungan OS GNU/Linux (di sistem yang berbasis arsitektur mikroprosesor generik Intel)  dapat bekerja di sistem RPI 3. Untuk sementara, sampai hari ini solusi yang bisa saya gunakan adalah malah dengan menggunakan web browser Chrome di RPI 3. Jadi meskipun video yang dimainkan offline, player-nya tetap Chrome 🙂 .

Gambar 2.

Masalah lain dengan RPI 3 adalah keterbatasan pilihan web browser. Sampai dengan PIXEL, Firefox ESR masih jauh lebih lambat daripada Chrome. Padahal ada beberapa addon yang berjalan lebih baik di Firefox, dan bahkan ada yang cuma bekerja di Firefox, seperti addon ScrapBook. Saya belum menemukan solusinya untuk hal ini selain dengan mengandalkan Chrome.

PELINDUNG

Salah satu masalah dengan SBC, adalah masalah panas (thermal). Terutama sekali untuk sistem papan yang pada fanless yang dengan kata lain metode pendinginannya adalah passive cooling. Beberapa metode pendinginan RPI 3 dikemukakan di artikel ini, sekalipun pada dasarnya RPI fanless, beberapa pengguna menambahkan kipas pendingin.

Pengunaan kotak memberi tambahan perlindungan untuk RPI 3, tetapi dengan risiko tambahan berupa panas jika kotak tidak dilengkapi dengan kipas pendingin. Tidak semua kotak menyediakan kipas pendingin. Ada pula kotak yang jika IC pada papan RPI diberi keping pendingin maka tidak tersisa ruang untuk menempatkan kipas. Telaah perbandingan beberapa kotak pelindung Raspberry Pi 3 ada di artikel ini.

Saya memiliki dua unit RPI 3 yang saya coba pasang di dua jenis kotak yang berbeda. Terutama karena keduanya memang di awal ditujukan untuk keperluan yang berbeda. Sistem yang pertama diniatkan untuk dipergunakan sebagai pengganti laptop atau sebagai mini PC. Cukup untuk surfing di Internet dan untuk belajar dengan cara membaca dan “menulis” (mengetik), yang dengan demikian tidak perlu sering mengakses hardware RPI (GPIO). Saya menempatkan sistem ini di case seperti pada Gambar 3. Kotak ini tidak memiliki fasilitas untuk ditambahi dengan kipas pendingin. Jadi bisa diduga panas tidak akan cepat dibuang, sekalipun di bagian belakang terdapat lubang-lubang angin.

Gambar 3.

Untuk sistem dua yang diniatkan untuk lebih banyak akses ke GPIO dibandingkan dengan sistem pertama tadi, saya menempatkan ke kotak yang berbeda yaitu seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. [sumber]

Kotak seperti pada Gambar 3 lebih aman untuk dibawa-bawa daripada Gambar 4 yang GPIO-nya terekspos. Jadi kotak seperti pada Gambar 4 tentu juga ada nilai plus-minusnya. Di satu sisi, baris GPIO yang terbuka (atau terekspos) memudahkan akses ke bagian itu. Tapi pada saat yang sama ini berarti GPIO juga akan lebih mungkin rusak pada saat penyimpanan atau pada saat dibawa. Selain adanya kemudahan akses ke pin-pin GPIO, model kotak seperti ini memiliki fasilitas berupa adanya kipas pendingin yang membantu meringankan beban sistem akibat panas.

Sejauh ini kedua sistem RPI 3 itu masih berfungsi dengan baik karena memang sedari awal saya mempergunakannya sesuai dengan peruntukannya. Mengutip (dan sedikit membelokkan) istilah yang umum dipakai di bidang teknik arsitektur: form follows function.