Sistem alat praktik laboratorium elektronika daya

Kegiatan praktik di lab (laboratorium) adalah salah satu bagian dari upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan vokasi juga mengacu pada KKNI, yaitu tingkat (level) 5 untuk jenjang D3 dan tingkat (level) 6 untuk jenjang D4. Dengan mengacu pada level yang sesuai, maka kegiatan praktik mahasiswa perlu diatur agar tujuan pembelajaran tercapai. Misalnya untuk level 5: “Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok”, sedangkan redaksi untuk level 6: “Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.”

Sebagai konsekuensi dari level 5 dan level 6 maka kemandirian praktikan dalam kegiatan praktik perlu dijaga. Untuk dapat mencapat hal tersebut dan sekaligus juga tetap menjaga keselamatan diri, keselamatan orang lain dan keselamatan peralatan maka mahasiswa praktikan perlu menyadari, memahami dan melaksanakan hal-hal yang memang diperlukan dalam praktik. Sepanjang logis dan proporsional. Ini menyangkut pula mengenai bagaimana mahasiswa dinilai, yaitu unsur kognitif, psikomotorik dam afektif.

Gambar 1. Contoh tipikal sistem job praktik

Gambar 1 adalah contoh tampilan umum dari sistem alat per modul. Pada bagian paling kanan adalah alat yang disebut sebagai osiloskop digital (digital oscilloscope). Bagian tengah adalah papan sistem percobaan yang konfigurasinya bisa berbeda untuk tiap job. Sedangkan bagian paling kiri adalah catu daya utama sistem.

Gambar 2. Modul kendali

Pada Gambar 2 terlihat  bahwa modul kendali sistem terletak di bagian kiri. Kotak pengendali ini diberi nama sebagai microprocessor module. Pada praktikum di ELDA II, modul ini sebagai pengendali pada komponen seperti SCR, TRIAC, BJT, MOSFET dan IGBT. Sedangkan pada praktikum ELDA I akan berfungsi sebagai antar-muka interface untuk menampilkan bentuk sinyal tegangan dan bentuk (padanan) sinyal arus pada osiloskop melalui kotak modul DAS yang dipasang di bawahnya. Kotak di sebelah kanan kotak pengendali adalah modul yang akan dikendalikan atau modul percobaan. Sebagai contoh pada Gambar 2 adalah penyearah setengah gelombang.

Gambar 3. Catu daya

Gambar 3 menunjukkan kotak catu daya utama sistem (power electronics universal supply). Untuk tiap percobaan (job) perlu dilihat di panduan apakah konfigurasi daya lewat jumper sudah benar sesuai. Salah satu fitur pengaman pada modul ini adalam MCB, sedangkan lainnya adalah  sekring pemutusan cepat (fast-acting fuses) dengan penanda gG [full-range breaking capacity (overload and shortcircuit protection) for general applications].

Pemeriksaan yang baik untuk fast-acting fuses adalah dengan memeriksana secara fisik setiap kali akan memulai praktik dan setiap akhir dari praktik. Tetapi cara ini berisiko memberikan kelelahan mekanis. Karena itu cara yang merupakan kompromi adalah dengan melakukan pemeriksaan tegangan keluaran dari catu daya ini. Jika terdapat kejanggalan, baru kemudian bisa dilakukan pemeriksaan terhadap fuse. Setiap kali pertama mengawali praktik, setelah melakukan pemeriksaan terhadap wiring, praktikan harus melaporkan kondisi tegangan masukan kepada para instruktur.

Jika kemudian diperlukan pemeriksanaan terhadap sekring (fuse) praktikan dapat membuka tempat sekring (fuse holder) dengan cara menariknya dengan “kekuatan” yang secukupnya saja. Sekring akan terlihat seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Fuse holders

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan mempergunakan DMM (digital multimeter). Carilah kabel yang ujungnya terbuka sehingga dapat menjangkau ujung dari sekring, atau jika tersedia gunakan probe dari DMM. Cara lain adalah dengan mempergunakan semacam test pen yaitu non-contact voltage detector (NCVD) / proximity tester / proximity detector seperti yang terilhat pada Gambar 5. Cara penggunaan alat ini sederhana, mempergunakan prinsip closed loop. Jika sekring dalam kondisi baik maka akan terjadi untai tertutup, lampu indikator merah akan menyala atau buzzer akan berbunyi (tergantung pada pilihan mode). Ujung NVCD yang berbentuk obeng minus (flat head) umumnya disentuhkan dengan baik ke ujung sekring, sedang ujung sekring lainnya disentuhkan dengan kulit jari tangan (misalnya jari jempol tangan kiri). Sedangkan jari telunjuk tangan yang memegang NVCD disentuhkan ke pelat kecil di bagian samping seperti yang terlihat pada Gambar 5. 

Gambar 5. NCVD

Gambar 6. Tombol emergency

Tombol emergency atau emergency push button seperti pada Gambar 6 dioperasikan hanya saat terjadi kondisi bahaya atau risiko bahanya. Caranya adalah dengan melakukan penekanan/dorongan pada tombol. Cara mengembalikan kembali ke kondisi siap operasi adalah dengan melakukan putar-kanan lalu lepas pada tombol tersebut.

Gambar 7. Voltage knob

Pengaturan tegangan keluaran pada catu daya utama adalah dengan memutar kenop yang wujudnya terlihat seperti pada Gambar 7. Putar dari 0% sampai 100%, tergantung pengaturan dan keperluan. Baca dan sesuaikan dengan panduan praktik tiap percobaan (job). Semakin mendekati nilai sasaran, putarlah dengan lebih pelan agar tidak sampai melampaui (overshoot). Sebelumnya pastikan DMM terhubung dengan baik ke sistem dan dalam mode tegangan (voltmeter). Pastikan pula mode pengukurannya sudah sesuai, misalnya pada mode AC atau DC (tergantung dari panduan job).

Dalam melaksanakan kegiatan praktikum unsur afektif dan psikomotorik perlu dikelola dengan baik. Hindari bercanda dengan kontak fisik yang banyak dan membahayakan manusia dan alat. Konsentrasi pada tugas dan urut-urutan kegiatan praktik. Kondisi alat saat selesai praktik seharusnya sama dengan kondisi alat pada saat memulai praktik. Seluruh anggota kelompok bertanggung jawab atas keselamatan alat dan sistem.

Bagian yang juga penting selain menjaga keselamatan manusia dan alat adalah kebersihan alat dan lantai. Sekalipun telah ada petugas yang membersihkan, kegiatan piket ruangan ini memiliki tujuan pendidikan yang penting terutama untuk pendidikan vokasi. Penggiliran tugas piket perlu dilakukan dan tidak boleh dihindari atau saling lempar “waktu pelaksanaan”. Pelanggaran akan setidaknya mengakibatkan penurunan nilai praktikan. Dalam rentang waktu tertentu tata letak kabel-kabel perlu diatur ulang dan juga merupakan bagian dari pelaksanaan “piket kebersihan”.

Gambar 8. Pelaksanaan piket kebersihan

Sebagai contoh dan pembanding, pola seperti ini bahkan sudah dianut Jepang. Dilaporkan bahwa (banyak) sekolah-sekolah di Jepang yang menyerahkan urusan kebersihan ruangan pada para siswa itu sendiri. Ini membangun budaya kerja yang baik.

Gambar 9. Membersikan ruangan

Gambar 9 adalah salah satu foto mengenai aktivitas menjaga kebersihan di sekolah di Jepang. Sumber: 10 distinctive features of the Japanese education system that made this nation the envy of the world.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *